Rabu, 05 Mei 2010

Paper



ALAM-ALAM YANG AKAN DI LALUI OLEH MANUSIA MENURUT NASH AL-QUR’AN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Mempertanyakan roh, kemudian berusaha untuk menjawabnya, adalah upaya yang pasti tidak akan memuaskan hasilnya, karena Allah SWT. sendiri membatasi dengan firman-Nya dalam surat al-Israa' ayat 85, yang berbunyi :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا.
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah; “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit?". (Q.S. al-Israa' : 85)
Namun membicarakan alam-alam yang akan dilalui oleh manusia menurut nash Al-Qur’an yang diarahkan secara ilmiah, sebagaimana yang akan dituliskan dalam karya tulis ini, patut untuk kita merenungi bagaimana upaya dalam memelihara Iman dan upaya untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT..
Alam-alam yang dimaksud dalam karya tulis ini adalah beberapa kehidupan yang pasti akan di alami oleh manusia di setiap alam-alamnya, seperti Alam Roh, Alam Kandungan, Alam Dunia, Alam Barzakh, Alam Mahsyar, dan Alam Akhirat.
Kehidupan alam Barzakh, alam Mahsyar dan alam Akhirat yang akan kita alami ditentukan oleh kehidupan dunia yang kita arungi sekarang ini. Setiap manusia pasti akan mengalami kematian, baik dalam waktu cepat ataupun lambat. Termasuk semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. di alam semesta (nyata) ataupun di alam ghaib.
Dengan demikian, penulis sangat tertarik untuk membahas masalah tentang alam-alam dan kehidupannya yang akan dilalui oleh manusia. Maka penulis mengambil judul, “ALAM-ALAM YANG AKAN DI LALUI OLEH MANUSIA MENURUT NASH AL-QUR’AN ”.

1.2 Perumusan Masalah
Untuk mengetahui permasalahan mengenai alam-alam yang akan dilalui oleh manusia menurut nash Al-Qur’an ini, maka penulis membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Apa saja alam-alam yang akan di alami oleh manusia?
2. Bagaimana kehidupan yang akan di alami oleh manusia pada setiap alam-alam tersebut?
Semua pertanyaan di atas akan memberikan gambaran mengenai permasalahan ini.

1.3 Tujuan Penulisan
Yang menjadi alasan penulis untuk mengambil judul tersebut adalah :
1. Untuk menyebutkan fase-fase alam kehidupan yang akan dilalui oleh manusia.
2. Untuk menjelaskan kehidupan manusia di setiap alamnya.
3. Untuk menjelaskan bagaimana kehidupan manusia yang sesungguhnya menurut nash Al-Qur’an.

1.4 Batasan Masalah
Fase-fase alam yang akan dilalui oleh manusia dan bagaimana kehidupan di setiap alamnya menurut nash Al-Qur’an.

1.5 Definisi Operasional
Fase-fase atau tahapan : tingkatan, periode, jenjang, atau bagian dari perkembangan.(Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke 3).
Kehidupan : cara (keadaan) hidup, masih terus ada. (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke 3).
Manusia : makhluk yang berakal budi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke 3).
As-Sulaalah : apa yang dicabut dan dikeluarkan dari sesuatu. Kadang bersifat disengaja, seperti saripati sesuatu seperti buih susu atau sperma, kadang pula bersifat tidak disengaja, seperti tahi kuku dan debu rumah. (Tafsir Al-Maraghi. Jilid 18).
Qaraar : tempat menetap. (Tafsir Al-Maraghi. Jilid 18).
Makiin : yang kokoh. (Tafsir Al-Maraghi. Jilid 18).
Al-Mudhghah : sepotong daging, sebesar apa yang bisa dikunyah. (Tafsir Al-Maraghi. Jilid 18).
Tabaarakallah : Maha Tinggi dan Maha Suci. (Tafsir Al-Maraghi. Jilid 18).
BAB II
AWAL MULA KEHIDUPAN MANUSIA

2.1 Hakikat Kehidupan Manusia
Kehidupan berasal dari kata hidup, yang artinya bergerak, bersenyawa mampu melakukan kegiatan sebagaimana mestinya. Al-Qur’an memberikan ajaran tentang arti hidup bahwa hendaklah menghubungkan dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara melaksanakan hukum-hukum tertulis dalam Al-Qur’an, dan menghubungkan dirinya pada masyarakat sesamanya dalam melaksanakan tugas amar ma’ruf dan nahyi munkar.
Firman Allah :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Dia-lah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar Dia menguji kamu yang mana diantara kamu yang lebih baik perbuatannya, dan Dia Maha Mulia dan Maha Pengampun”. (Q.S. Al-Mulk : 2)
Pada ayat tersebut, Allah SWT. memberitahukan bahwa Dia telah menentukan kehidupan dengan kematian untuk menguji kamu, yaitu manusia. Maksudnya, untuk memperlakukan kamu dengan perlakuan yang bersifat menguji perbuatan-perbuatanmu, agar Dia melihat siapa di antara kamu yang paling ikhlas untuk beramal kepada-Nya. Dan Dia-lah Pemilik kekuasaan yang memenangkan urusan-Nya. Dia Maha Pengampun terhadap orang yang berdosa, kemudian bertaubat dan meninggalkan dosanya itu. (Al-Maraghi. juz 29)

2.2 Proses Penciptaan Manusia
Allah SWT. telah menceritakan permulaan sampai akhirnya manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna ciptaan-Nya di banding makhluk-makhluk yang lain.
Firman Allah :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ () ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ () ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ()
“ Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (Q.S. Al-Mu’minuun : 12-14)
Dari ayat di atas telah jelas bahwa yang disebut manusia adalah sesuatu (makhluk hidup) yang Allah ciptakan yang melalui beberapa proses dan tahapan tertentu, yaitu :
1. Pertama, dari cairan (sperma) menjadi segumpal darah,
2. Kedua, dari segumpal darah menjadi segumpal daging
3. Ketiga, dari segumpal daging, lalu dijadikan-Nya tulang belulang
4. Keempat, dari tulang belulang itu kemudian dibungkus oleh daging lalu diikat dengan saraf-saraf dan urat.
Selain itu, Allah SWT. telah menyiapkan dan menyusun anggota tubuh yang akan melengkapi keperluan hidup manusia nantinya. Dia jadikan kepala yang dilengkapi dengan penglihatan, pendengaran, hidung, mulut, dan anggota tubuh lainnya yang saling berhubungan satu sama lain.

2.3 Tujuan Hidup Manusia
Manusia hidup tidaklah berdiri dengan sendiri tanpa tujuan dan maksud apapun, tetapi manusia mempunyai tujuan dan maksud tertentu yang dimana untuk mencapai tujuan dan maksud tersebut manusia tidak lepas dari suatu interaksi atau hubungan antar sesama manusia, terutama hubungan manusia terhadap Tuhannya. Allah SWT. telah menegaskan dalam firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ ()
“(dan) tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan (hanyalah) agar mereka beribadah kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzariyaat : 56)
Dalam ayat di atas telah jelas disebutkan, bahwa tujuan diciptakannya Jin dan Mansuia tidak lain hanyalah untuk beribadah dan menyembah Allah SWT.. Ibadah mengandung pengertian yang luas sekali, ia bukan saja berarti semata-mata melakukan amal-amal wajib dan fardhu, tetapi juga amal-amal kebajikan tathawwu’. Termasuk memahami segala rahasia-rahasia kejadian alam semesta ini, serta menjelaskan manfaat yang sangat besar dari hikmah-hikmah kejadian alam yang terdapat di dalamnya.
Dalam melakukan ibadah, membutuhkan suatu ketelitian dan keterampilan pelaksanaannya. Ibadah wajib, harus dilaksanakan menurut syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Jika tidak, maka ibadah itu tidak akan sah (bathal). Begitu pula amal-amal tathawwu’, jika tidak teliti melakukannya ia akan melahirkan kerugian dan bahaya. Seperti seorang dokter atau perawat dalam melakukan amal pengobatannya, bila kurang teliti menurut aturan-aturan (resep) yang telah ada pada jenis-jenis obat, maka berbahaya bagi si pasien, dan sia-sialah (rugi) tenaga dokter dan perawat tersebut.
Demikian juga terhadap alam semesta, Allah SWT telah menentukan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, manusia tinggal mengelola dan mengolah sumber daya alam yang ada di alam sekitar yang telah tersedia menurut ketentuan dan kegunaannya masing-masing. Bila pengelolaan atau pengolahan sumber daya alam tersebut tidak sesuai dengan kegunaannya, maka hasil usaha manusia itu tidak akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Sebaliknya, usaha seseorang yang sesuai dengan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuannya, maka akan berhasillah pengolahan itu dan yang akhirnya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Dalam hubungan ibadah ini, agama Islam mewajibkan kepada seluruh ummatnya untuk mencari ilmu-ilmu pengetahuan yang beragam. Dan dengan ilmu pengetahuan itu diharapkan agar dapat menghasilkan manfaat yang sangat besar bagi dirinya ataupun orang lain.


BAB III
ALAM-ALAM YANG AKAN DI LALUI OLEH MANUSIA MENURUT NASH AL-QUR’AN

3.1 Alam Roh dan Alam Kandungan
3.1.1 Alam Roh
Allah SWT. telah memberitakan, bahwa manusia sejak di alam arwah (roh) dalam bentuk seperti zarrah (molekul), mereka dikeluarkan Allah dan diberi kesanggupan untuk berdialog dengan-Nya.
Firman Allah :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا . . . ()
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi (tulang belakang) mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya) Allah berfirman : “Bukankah aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : ”Betul (Engkau Tuhan Kami), kami bersaksi . . .”. (Q.S Al-A’raf : 172)
Dengan memperhatikan ayat ini, jelaslah bahwa seluruh keturunan Adam jiwanya telah diawali dengan pengakuan tauhid kepada Allah SWT.. Mengenai hakikat roh itu sendiri tidaklah dapat kita ketahui kecuali Allah Al-Wahid yang mengetahuinya.
Firman Allah :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيل ()
“Dan mereka bertanya kepada engkau (Muhammad) dari hal roh. Jawablah : “Roh itu urusan Tuhanku. Kami diberi ilmu pengetahuan hanya sedikit saja”. (Q.S Al-Isra’: 85)
Rasulullah Saw diperintah Allah SWT. untuk menyatakan bahwa roh itu salah satu urusan Tuhanku (Allah SWT.). Oleh karena, itu Allah sendirilah yang mengetahui hakikatnya, serta Dialah yang memberikan petunjuk bagi roh (rohani) tersebut. Petunjuk Allah yang diperlukankan oleh rohani itulah yang disebut petunjuk agama.

3.1.2 Alam Rahim
Al-Quran menjelaskan tahap-tahap perkembangan sebelum kelahiran manusia ketika berada di alam rahim, yaitu sebagai berikut :
1. nuthfah, yang berarti 'sebuah tetesan' atau 'sejumlah kecil air’.
2. 'alaqah, yang berati sebuah 'struktur yang mirip-lintah'.
3. mudghah, yang berarti sebuah 'benda yang dikunyah'.
4. 'idhaam, yang berarti 'tulang belulang' atau 'kerangka'.
5. kisaa-ul idham bil-laham, yang berarti 'penutupan tulang dengan daging atau otot', dan
6. al-nash'a, yang berarti 'pembentukan janin yang jelas'.
Firman Allah :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ () ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ () ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ()
“ Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (Q.S. Al-Mu’minuun : 12-14)
Pada tahap awal perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot yang menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Informasi ini, yang ditemukan oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al Qur'an 14 abad yang lalu dengan menggunakan kata "'alaq", yang bermakna sesuatu yang menempel pada suatu tempat dan digunakan untuk menjelaskan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Dalam Al-Qur'an telah dijelaskan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ ()
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Q.S. Az-Zumar :6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran". (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
a. Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan. Pada tahap ini berlangsung selama dua setengah minggu pertama.
b. Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.
c. Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
3.2 Alam Dunia
Setelah cukup masanya manusia itu berada di alam Rahim, yaitu kurang lebih sembilan atau sepuluh bulan, maka persiapan-persiapan untuk kelahirannya pun telah disiapkan oleh orang tuanya sedemikian rupa. Sehingga datanglah pada saat yang telah ditentukan oleh Allah SWT. lahirlah bayi tersebut ke alam dunia ini, baik siang maupun malam hari. Maka kelahirannya itu akan disambut oleh ibu bapaknya dengan perasaan yang sangat gembira. Sebentar saja kabar kelahirannya itu akan tersebar ke sebagian masyarakat yang berada di linkgungan sekitarnya, sehingga mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tuanya. Tetangga yang dekat dan saudara-saudara baik yang dekat maupun jauh mulai berdatangan untuk menjenguk dan melihat keadaan bayi yang baru lahir tersebut. Kadang kala dengan membawa buah tangan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. dan turut bergembira atas kelahirannya dengan selamat. Hal inilah dalam Islam yang biasa disebut dengan “tahni-ah”, memang sunnat dilakukan terhadap peristiwa apa saja yang sifatnya menggembirakan, baik dengan ucapan selamat sambil mushafahah (berjabat tangan), maupun dengan cara lain-lain yang diperbolehkan oleh agama. Sebaliknya, dalam hal-hal kesedihan dan kedudukan, misalnya bayi itu lahirnya dalam keadaan telah meninggal dunia, maka sunnat juga dilakukan yang dinamakan dalam Islam “ta’ziah”, yaitu suatu cara menyatakan ikut merasakan sedih dan duka cita. Sehingga rasa persaudaraan seagama itu benar-benar dapat terlihat dengan nyata dalam praktek pergaulan masyarakatnya.
Manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari bermacam-macam tantangan. Tantangan mengenai fisik, kesehatan jasmani, agar terjamin kesehatan dan kesuburan perkembangan tumbuhnya sangat memerlukan ilmu pengetahuan dan ilmu psikologi yang berhubungan dengan itu. Adapun tantangan fisik yang mengenai kejiwaan tentu diperlukan pengetahuan-pengetahuan psikologi dan yang berhubungan dengan itu.
Untuk mencapai keselamatan dan kebehagiaan hidup, manusia benar-benar memerlukan pemeliharaan dan perawatan lahir batinnya, fisik dan psikisnya yang disebut juga perawatan pengajaran dan pendidikan jasmani rohani bersama-sama sehingga terwujudlah akal fikiran yang baik dan sempurna yang terdapat dalam tubuh yang sehat.

3.3 Alam Barzakh
Syekh Syihabuddin Ahmad bin Hijazil Fasyni dalam kitabnya “Tuhfatul Ikhwan” menyatakan, “Sesungguhnya Hari Kiamat itu mengandung Mabda’, Ausath, dan Ghayah.
a. Mabda’ : dimulai dengan mati, yang disebut Kiamat Sughra. dan di dalam kuburan, yaitu berakhirnya kehidupan dengan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, lalu ia menerima balasan ni’mat atau ‘adzab kubur. Fase ini disebut dengan Alam Barzakh.
b. Ausath : dimulai dengan pembangkitan dari kubur dipindahkan ke (padang) Mahsyar untk diadakan hisab, perhitungan, timbangan, dan shirath. Fase ini disebut Alam Mahsyar.
c. Ghayah : ialah dengan ditetapkannya bagi ahli surga masuk ke surga, dan bagi ahli neraka dimasukkan ke neraka. Fase ini disebut Alam Akhirat.
Alam Barzakh, Alam Mahsyar, dan Alam Akhirat adalah termasuk bagian sam’iyyat (pendengaran), yaitu keadaan dan hal ihwalnya diketahui dari pemberitaan Rasulullah Saw berdasarkan wahyu-wahyu Allah SWT.. Kita wajib percaya dan yakin atas kebenaran segala berita-berita itu, karena itu termasuk salah satu dari Rukun Iman.
Firman Allah :
. . . وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ ()
“. . . dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh), sampai hari mereka dibangkitkan”. (Q.S. Al-Mu’minun : 100)
Maksudnya, mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, yaitu kehidupan dalam kubur yang dibatasi antara dunia dan akhirat. Itulah yang disebut Alam Barzakh.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ ()
“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan bahwasanya pada hari qiamat sajalah disempurnakan pahalanya. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Q.S. Ali Imran : 185)
Mengenai ayat di atas, telah dijelaskan dalm Tafsir Ibn Katsir wal Baghawi dan Tafsir Al-Qur’anul Karim : H.A. Halim Hasan, yaitu :
a. Merasakan mati berarti marasakan perasaan berpisah antara badan dengan rohnya. Imam An-Naisaburi mengatakan, bahwa diri (jiwa) seseorang itu selamanya tetap dan yang berubahnya itu hanyalah badannya yang kasar. Seseorang itu sejak kecilnya sampai tua akan mendapatkan jiwanya yang muda itu juga (tak berubah-ubah) sampai tua. Maka nyatalah yang dikatakan “mati” itu, perasaan roh ketika berpisah dengan badannya, bukan berarti roh itu ikut mati dan sebagainya. (Tafsir Ibn Katsir wal Baghawi)
b. Turunnya ayat ini adalah memberikan semangat (tasliyah) kepada Rasulullah Saw dan kepada umat-umatnya, jangan heran terhadap orang-orang yang beriman ataupun orang-orang yang durhaka kepada-Nya, sebab negeri ini bukan negeri pembalasan. Hari pembalasan itu disempurnakan oleh Allah SWT., baik pahala ataupun siksa, hanya pada hari qiamat.
Dari keterangan-keterangan tersebut telah jelas, bahwa roh-roh orang yang telah mati (wafat) itu adalah hidup. Ia mendengar dan melihat, merasakan nikmat gembira, ‘adzab sengsara, bahkan berdo’a dan memohonkan petunjuk Allah SWT serta ilham-Nya. Hanya suara dan do’a mereka tidak dapat didengar oleh kita, karena terhalang dinding alam yang berbeda.
Oleh karena itu, yaqinlah bahwa amal-amal dan do’a-do’a anak serta do’a kaum kerabat muslim yang diniatkannya untuk para arwah-arwah keluarganya itu akan sampai dengan baik kepadanya.

3.3.1 Hal ihwal di Alam Barzakh
Beriman akan hari akhir ialah mempercayai akan segala yang diberitakan oleh Nabi Saw dari Allah swt tentang sesuatu yang terjadi dan akan terjadi sesudah mati. Diantaranya wajib kita percaya bahwa manusia pasti mati, dan berada dialam kubur atau disebut barzakh. Dialam barzakh kita akan diuji dan menerima nikmat atau azab, sebagaimana disebutkan oleh nash-nash Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi Saw.
Ujian, fitnah dan percobaan dalam kubur (barzakh) berupa pertanyaan-pertanyaan oleh malaikat Munkar dan Nakir, dikemukakan: Siapa Tuhanmu?......... Apa Agamamu…….? Siapa Nabimu…..? Maka Allah Swt menetapkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tenang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Orang-orang yang mu’min itu menjawab dengan ucapan Allah Swt itu Tuhanku, Islam itu Agamaku, dan Nabi Muhammad Saw itu Nabiku.
Adapun orang-orang kafir, munafik dan yang ragu-ragu (sesat), mereka hanya berkata: Haah…. Hah…, tidaklah aku tahu apa yang dikatakan orang-orang itu, untuk apa yang akan aku kata…. Lalu dipukullah oleh malaikat dengan tongkat gada besi diantara dua telinganya, maka ia pun berteriak meraung kesakitan suaranya didengar oleh segala sesuatu, kecuali manusia dan jin karena jika manusia mendengar suara tersebut, niscaya mereka akan pingsan kengerian dan ketakutan.
Terhadap orangorang kafir dan munafiq setiap pagi dan sore dilihatkan Allah kepadanya neraka tempatnya. Setiap melihatnya ia sangat ketakutan. Dan yang demikian adalah sebagian dari ‘adzab kubur.
Firman Allah :
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا . . . ()
“Kepada mereka dinampakkan (didatangkan) neraka pagi dan petang . . .”. (Q.S. Al-Mu’min : 46)
Maksudnya, dinampakkan kepada mereka pagi dan petang adalah sebelum hari dibangkit, yakni semasa masih di alam Barzakh.

3.4 Alam Mahsyar
Setelah seluruh makhluk-makhluk penghuni langit dan bumi ini sama merasakan mati, kecuali siapa-siapa yang dikehendaki Allah SWT, maka tibalah saatnya hari pembangkitan, di mana seluruh panghuni kubur dihidupkan kembali, untuk dikumpulkan pada suatu tempat yang disebut Mahsyar. Menghadap Allah untuk diadakan perhitungan (hisab) dan timbangan (mizan) segala amal yang telah mereka kerjakan, serta diperlihatkan segala catatan, buku (kitab) yang diterima mereka masing-masing.

a. Timbangan ‘Amal (Mizan)
Ditimbang segala ‘amal perbuatan, seluruh pekerjaan atau ‘amal perbuatan seseorang itu sesuai dengan ketentuan dan hukum-hukum Allah (Syara’). Bila sesuai maka beratlah timbangan ‘amal mereka, karena ia menjadi ‘amal shaleh dari seorang yang mu’min. dan bila tidak sesuai dengan ketentuan Syara’ Allah, maka ringanlah timbangan kebaikannya, karena ia adalah suatu pekerjaan kedurhakaan, keingkaran dan kekufuran, maka beratlah timbangan kepahitannya.
Firman Allah :
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون () وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ ()
“Dan timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka siapa yang berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung (sukses). Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”. (Q.S. Al-A’raf : 8-9)

b. Perhitungan (Hisab) dan Kitab Catatan
Firman Allah :
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا وَعَذَّبْنَاهَا عَذَابًا نُكْرًا ()
“Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang menduhakai perintah Tuahn mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras dan Kami ‘adzab mereka dengan ‘adzab yang mengerikan”. (Q.S. Ath-Thalaq : 8)
(Yang dimaksud dengan hisab dan ‘adzab ini adalah hisab dan ‘adzab di akhirat)

c. Titian (Shirath)
Seluruh manusia sesudah mnerima ketetapan Tuhan, dengan kitab catatan timbangan dan hitungan seluruh ‘amal mereka masing-masing, lalu melintasi titian Shirath yang membentang lurus di permukaan neraka.
Orang-orang mu’min yang shaleh dan tha’at kepada Allah SWT dengan mudah melaluinya, sedangkan orang-orang yang kafir, munafiq, dan musyrik akan menerima kesulitan dan kesengsaraan, mereka tergelincir danj jatuh ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Rasulullah SAW bersabda :
فَيُضْرَبُ الصِّرَاطُ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ جَهَنَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يَجُوزُ مِنْ الرُّسُلِ بِأُمَّتِهِ وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ أَحَدٌ إِلَّا الرُّسُلُ وَكَلَامُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ.
“Maka dibentangkan Shirath antara dua belakang (permukaan) Jahannam, maka aku adalah orang yang mula-mula dibolehkan melintasi dari sekalian rasul-rasul dengan ummatnya, dan tidaklah berkata-kata pada hari itu, kecuali rasul-rasul. Dan perkataan rasul-rasul pada hari itu : Ya Allah Selamatkanla! Selamatkanlah!”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

3.5 Alam Akhirat
Sesudah selesai segala urusan di alam Mahsyar, di mana masing-masing dengan kitab catatan timbangan dan perhitungan segenap ‘amal masing-masing dengan teliti, lalu melintasi titian yang terbentang lurus, menghadap Allah SWT untuk menerima balasan yang setimpal dengan apa yang telah mereka kerjakan sejak ia hidup di alam dunia.
Firman Allah :
وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا () لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا () وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا ()
“Tiada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang Allah Yang Maha Pemurah untuk menghambakan diri. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan dating kepada Allah pada hari qiamat dengan sendiri-sendiri”. (Q.S. Maryam : 93-95)
وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ ()
“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang merugi pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya”. (Q.S. Al-Mu’min : 27)
وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ ()
“Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakan dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (Q.S. Az-Zumar : 70)

a. Kehidupan Akhirat
Hari akhir adalah hari menerima pembalasan Tuhan bagi orang-orang mu’min yang ikhlas berbuat ‘amal-‘amal kebaktian an kebaikan, dibalas dengan mendapat ni’mat surga dan kekal di dalamnya. Dan bagi orang-orang kafir, munafiq, murtad, dan musyrik, karena keingkaran dan kedurhakaannya, mereka dibalas dengan mendapat ‘adzab siksaan neraka yang dahsyat dan mengerikan. Sedangkan bagi tiap-tiap orang mu’min yang ma’siat, yang tidak mendapatkan ampunan dari Allah, maka mereka di’adzab sesuai dengan kadar dosa kema’siatan mereka. Kemudian dengan rahmat Allah SWT, mereka dimasukkan ke dalam surga
Firman Allah :
إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ () وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ () يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ ()
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benarberada di dalam surga yang penuh keni’matan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan”. (Q.S. Al-Infithar : 13-15)

b. Mereka-mereka Yang Kekal di Dalam Surga Atau Neraka
Firman Allah :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ () إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ () جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ ()
“Sesungguhnya orang kafir, yakni dari ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan ‘amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”. (Q.S. Al-Bayyinah : 6-8)

c. Syafa’at Pada Hari Qiamat
Orang yang pertama yang membuka pintu surga adalah Muhammad SAW, dan orang-orang pertama yang memasuki surga itu dari segala ummat, ialah ummat Nabi Muhammad SAW.
Dari Abi Hurairah r.a : Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةِ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم : « نَحْنَ الْآخِرُوْنَ الْأَوَّلُوْن يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، نَحْنُ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا ، وَأُوِتِيْنَا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ فَخْتَلَفُوْا فَهَدَانَا الله لمِاَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ.
“Kami orang yang terakhir dan orang-orang terdahulu pada hari qiamat dan kami permulaan orang yang memasuki surga, selain bahwa mereka diberikan kitab sebelum kami dan diberikan (kitab) kepada kami sesudah mereka. Maka berselisihlah mereka, lalu Allah Swt menunjukkan kepada kami, bagi apa yang mereka perselisihkan, dari kebenaran dengan izinNya”. (H.R.Muslim)
Dengan hari qiamat itu, dengan izin dan karunia Allah kepada Nabi Muhammad Saw ada tiga syafa’at:
1. Syafa’at pertama, ialah Syafa’at yang diberikan kepada ahli Mahsyar yang berhenti setelah meminta mohonkan syafa’at pada Nabi-Nabi, Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa bin Maryam kemudian kembali kepada nabi Muhammad Saw.
2. Syafa’at kedua, yaitu syafa’at kepada ahli surga bahwa mereka dimasukkan kedalam surga. Kedua macam syafa’at ini khusus diizinkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.
3. Syafa’at ketiga, ialah syafa’at bagi orang-orang yang mustahaq masuk neraka, lalu ia tidak dimasukkan kedalamnya. Dan syafa’at ini diizinkan Allah bagi Nabi Muhammad Saw dan bagi seluruh Nabi-nabi Ash-Shiddiqien dan lain-lainnya.
Tambahan daripada itu, ada lagi golongan orang-orang yang dikeluarkan oleh Allah SWT dari neraka tidak dengan syafa’at, tetapi dengan kurnia dan rahmat kasih sayang Allah juga, lalu iapun kekal di dalam surga.

d. Ru’yatullah di Hari Qiamat
Berdasarkan nash Al-Qur’an, orang-orang mu’min itu akan melihat (ru’yah) Tuhan pada hari qiamat, dan orang-orang yang kafir mereka terdinding tidak dapat melihat-Nya.
Firman Allah :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ () إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ()
“Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat”. (Q.S. Al-Qiyamah : 22-23)
Adapun pengertian “Ru’yah” (Naazhirah), melihat adalah semacam dari khasyfi atau tajalli, sebagaimana dijelaskan Allah SWT keadaan manusia di hari itu.
Firman Allah :
َلقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ ()
“. . . kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka pandanganmu pada hari itu amat tajam”. (Q.S. Qaaf : 22)
Demikian masalah melihat Tuhan di hari Qiamat itu, adalah dengan tidak ada kaifiyat, tidak ada bandingan dan tidak ada yang menyerupai-Nya.














BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Manusia hidup melalui beberapa tahapan alam, yaitu :
1. Alam Arwah (Roh)
Mengenai Alam Roh ini, tidakl dijelaskan dengan pasti, di mana roh itu berada dan tidak pula dinyatakan apa hakikat wujudnya roh itu, yang nyata bahwa roh itu adalah urusan Allah s.w.t.
2. Alam Kandungan
Dalam rahim atau kandungan ibu, di mana roh diintegrasikan dengan tubuh jasmani yang umumnya sesudah melalui suatu proses yang berlangsung selama masa waktu yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
3. Alam Dunia
Di mana tubuh yang telah ber-integrasi dengan roh menjadi hidup, kemudian lahir ke alam dunia ini. Di alam ini ia mengalami berbagai macam tantangan dan nilaian terhadap dirinya sepanjang usianya, baik terhadap nafsunya, akal pikirannya, rohani dan jasmaninya.
4. Alam Barzakh
Sejak jenazah bangkai tubuh kita berada dalam kubur, sampai saat dibangkitkan kembali, dan kita tidak akan mengetahui dalam jangka waktu berapa lama kita di alam tersebut.
5. Alam Mahsyar
Seluruh penghuni kubur akan dibangkitkan kembali oleh Allah SWT untuk dikumpulkan di suatu tempat yang disebut Mahsyar, guna diperhitungkan (hisab) segala pertanggung jawaban masing-masing apa yang telah dikerjakan, serta ditimbang dengan seadil-adilnya.
6. Alam Akhirat
Setelah menerima perhitungan dan timbangan amal masing-masing, maka dengan kurnia dan rahmat Allah ditetapkanlah tempat kita masing-masing. Mana yang ahli surga maka dimasukkan ke sorga, dan mana yang ahli neraka, maka masuklah ke dalam neraka.

4.2 Saran
1. Kepada semua yang membaca karya tulis ini, saya mengharapkan masukkannya, baik dari cara penulisan maupun isi. Karena penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ini, dan penulis sangat memerlukan masukkan-masukkan yang bermanfaatnya sebagai motivasi untuk ke depannya.
2. Bagi para santri yang akan membuat karya tulis, apapun itu, agar lebih baik lagi dari karya tulis-karya tulis yang sebelumnya.
3. Semoga dengan adanya pembuatan karya tulis ini, sebagai persyaratan kelulusan, PPI 110 Manba’ul Huda ini bisa lebih maju dan lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Karena pasti dengan adanya karya tulis ini, setiap santri dan para asatidz akan lebih banyak berinteraksi dan otomatis lebih banyak lagi ilmu yang di dapatkan yang belum diketahui sebelumnya.

Kamis, 29 April 2010

Tanda-tanda kiamat

Tanda-tanda kiamat

أشراط الساعة - (ج 1 / ص 49): وفيه المطالب الآتية :
المطلب الأول : بعثة الرسول صلى الله عليه وسلم .
المطلب الثاني : انشقاق القمر .
المطلب الثالث : نار الحجاز التي أضاءت أعناق الإبل ببصرى لها .
المطلب الرابع : الفتن .
المطلب الخامس : خروج الدجالين الكذابين أدعياء النبوة .
المطلب السادس : ولادة الأمة ربتها وتطاول الحفاة العراة رعاة الشاة في البنيان .
المطلب السابع : قبض العلم وظهور الجهل .
المطلب الثامن : تكليم السباع والجماد للإنس .
المطلب التاسع : قطع الأرحام وسوء الجوار وظهور الفساد .
المطلب العاشر : كثرة الزلازل وظهور الخسف والقذف والمسخ الذي يعاقب الله به بعض هذه الأمة .

Rabu, 28 April 2010

Menjaga Diri

مُحَاسَبَةُ النَّفْسِ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19) لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (20) الحشر
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 18. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. 19. Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah Itulah orang-orang yang beruntung. 20. al-Hasyr
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون. التحريم: ٦
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. 66: At-Tahrim : 6
1. قَالَ عُمَرُ: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوْهَا قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوْا، وإنَّمَا حِسَابُهُ لِنَفْسِهِ، أَنْ يَتُوْبَ مِنْ كُلِّ مَعْصِيَةٍ قَبْلَ المَوْتِ تَوْبَةً نَصُوحاً، وَيَتَدَارَكَ مَا فَرَّطَ فِيهِ مِنْ تَقْصِيرٍ فِيْ فَرَائِضِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَيَرُدَّ الْمَظَالِمَ حَبَّةً حَبَّةً، وَيَسْتَحِلَّ كُلَّ مَنْ تَعَرَّضَ لَهُ بِلِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَسُوْءِ ظَنِّهِ بِقَلْبِهِ، ويُطَيِّبَ قُلُوْبَهُمْ حَتَّى يَمُوْتَ، وَلَمْ يَبْقَ عَلَيْهِ فَرِيْضَةٌ وَلاَ مَظْلَمَةٌ، فَهَذَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى، ( تَفْسِيْرُ الثَّعَالَبِي : 4 : 130)
'Umar ra berkata: hisablah dirimu sebelum dihisab, dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang, sesungguhnya dengan menghisab diri itu hendaklah dapat bertaubat dari segala kemaksiatan sebelum mati dengan taubat yang murni, dan dapat menyusulkan apa yang terlupakan dari kekurangan dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah SWT dan menutupi kelaliman dengan kasih sayang, dan berlapang dada terhadap orang yang menentang kepadanya baik lisannya maupun tangannya, dan dari buruk sangka dengan hatinya, dan mensucikan hatinya sebelum mati, dan tidak ada yang tetap baginya kewajiban dan kezhaliman, dan ini akan masuk surga dengan tanpa hisaban jika Allah menghendaki.

2. عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ, وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ, وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ, وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ. الدارمى
Dari Abi Barzah Al-Aslami, Rasulullah Saw bersabda: tidak melangkah dua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ditanya tentang umurnya (digunakan) dalam perkara apa sampai habis, tentang ilmunya dalam perkara apa ia kerjakan, tentang hartanya dari mana memperolehnya dan dalam perkara apa dibelanjakannya, dan tentang tubuhnya dalam perkara apa sampai lemah. Ad-Darimi

3. عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ  قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ فِي خُطْبَتِهِ ... قَالَ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ (1) ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ (2) وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ (3) وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ .
قَالَ وَأَهْلُ النَّارِ خَمْسَةٌ (1) الضَّعِيفُ الَّذِي لَا زَبْرَ لَهُ الَّذِينَ هُمْ فِيكُمْ تَبَعًا لَا يَبْتَغُونَ أَهْلًا وَلَا مَالًا (2) وَالْخَائِنُ الَّذِي لَا يَخْفَى لَهُ طَمَعٌ وَإِنْ دَقَّ إِلَّا خَانَهُ (3) وَرَجُلٌ لَا يُصْبِحُ وَلَا يُمْسِي إِلَّا وَهُوَ يُخَادِعُكَ عَنْ أَهْلِكَ وَمَالِكَ (3) وَذَكَرَ الْبُخْلَ (4) أَوِ الْكَذِبَ (5) وَالشِّنْظِيرُ الْفَحَّاشُ ... مسلم

Cinta Allah

Cara meraih kecintaan Allah
Tanda-tanda dicintai Allah
تفسير ابن كثير - (ج 1 / ص 22)
عن عبد الله بن مسعود قال: لا يسأل عبد عن نفسه إلا القرآن، فإن كان يحب القرآن فإنه يحب الله ورسوله (1) . لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا
إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (الحجرات: 9 )
6. وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ )البقرة: 194 (

4 Pendorong Dosa

Hindari empat sifat pendorong perlakuan dosa, maksiat
Oleh Wan Aminurrashid Wan Abd Hamid
TIDAK dinafikan bahawa manusia yang menjalani kehidupan di muka bumi Allah ini tidak terlepas daripada dosa, sama ada dosa kecil atau besar. Sebab itulah kita lihat pelbagai perlakuan kejahatan dan maksiat yang menjadi larangan Allah SWT terus menerus berlaku di sekeliling kita. Walaupun menurut al-Quran, sifat semula jadi manusia sememangnya lemah dan mudah tunduk kepada keinginan hawa nafsu, ia bukanlah alasan untuk membolehkan manusia berbuat dosa. Orang beriman wajib mematuhi segala perintah Allah dan Rasul-Nya, sentiasa berjuang melawan hawa nafsu serta berusaha menghindari segala perbuatan dosa dan maksiat. Al-Quran banyak menjelaskan bahawa orang yang melakukan perbuatan dosa dan maksiat sentiasa dalam kemurkaan Allah dan akan ditimpa azab seksa Allah di akhirat nanti. Ini wajar kerana orang beriman tidak sepatutnya melakukan segala perlakuan yang menjadi larangan Allah SWT.
Allah berfirman bermaksud: “Sesudah itu, sesungguhnya Kami akan cabut dari tiap-tiap golongan, mana-mana orang yang sangat derhaka kepada (Allah) ar-Rahman, di antara mereka. Kemudian, sesungguhnya Kami lebih mengetahui akan orang yang lebih patut diseksa dan dibakar dengan api neraka itu. Dan tiada seorangpun di antara kamu elainkan akan sampai kepadanya; (yang demikian) adalah satu perkara yang mesti (berlaku) yang ditetapkan oleh Tuhanmu. Kemudian Kami akan selamatkan orang yang bertaqwa, dan Kami akan biarkan orang yang zalim (dengan kekufurannya dan maksiatnya) tinggal di dalam neraka itu” (Maryam : 70-72). Menurut Imam al-Ghazali, berlakunya perbuatan dosa kerana didorong oleh empat faktor iaitu:
• Sifat Rububiyyah (sifat ketuhanan)
Apabila seseorang itu mengambil atau memakai sifat-sifat Tuhan seperti takabbur, sukakan pujian dan sanjungan. Pada hal sifat-sifat itu hanya layak bagi Allah SWT.
• Sifat Syaitaniyyah (sifat syaitan)

Apabila wujud dalam diri seseorang sifat seperti hasad dengki, tipu helah dan sebagainya, kerana sifat ini boleh mendorong kepada perbuatan mungkar, maksiat dan seumpamanya. Nabi Adam AS dikeluarkan dari syurga disebabkan tipu helah iblis atau syaitan.
• Sifat Bahimiyyah (sifat kehaiwanan)
Seperti tamak haloba, memperturutkan hawa nafsu perut, menimbun harta kekayaan untuk kepuasan nafsu semata-mata dan sebagainya.
• Sifat-sifat Subu'iyyah (sifat kebuasan)
Seperti marah, dendam, membunuh, memukul, mencaci maki orang dan seumpamanya. Semua sifat berkenaan adalah punca dan pendorong ke arah perlakuan dosa dan maksiat. Apabila ia dibiarkan bermaharajalela, maka akan rosak binasalah manusia. Dosa itu ibarat racun dalam tubuh manusia yang akan meresap ke seluruh tubuh badan dan boleh membawa maut jika tidak diubati dengan segera. Demikian halnya dengan dosa, jika tidak segera bertaubat kepada Allah, pasti ia akan merebak dan membahayakan keimanan serta keselamatan, bahkan akan menerima azab Allah di akhirat. Orang beriman sewajarnya sentiasa memperhatikan dan mematuhi setiap perintah dan larangan Allah SWT. Allah membekalkan manusia dengan akal yang dapat dipergunakan untuk menimbang dan memikirkan mana yang baik dan sebaliknya. Perlu diinsafi bahawa perkara dosa bukanlah suatu hal yang boleh dipandang ringan. Sebaliknya memerlukan kita sentiasa berwaspada dalam setiap tindak-tanduk kita, sama ada dari segi perbuatan mahupun percakapan. Jangan sampai apa yang dilakukan menjadi dosa dan maksiat yang akan menempah azab Allah di akhirat. Seluruh masa kehidupan dunia yang singkat ini sebenarnya kesempatan emas bagi manusia untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin sebelum ajal menjemput. Janganlah seseorang berasa aman kerana terlepas hukuman di dunia lantaran berbuat dosa, kerana hukuman itu tetap menanti dan akan diterimanya di akhirat.

Orang beriman sewajarnya menjadikan dunia yang sementara ini sebagai medan atau pentas untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala kelalaian serta perbuatan yang merugikan.

Banyakkan istighfar dan bertaubat kepada Allah, persiapkan bekalan berupa amal salih kerana hanya amal dapat menyelamatkan manusia di padang mahsyar nanti. Allah berfirman bermaksud: “Ingatlah hari Kami himpunkan orang yang bertakwa untuk menghadap Allah ar-Rahman dengan berpasukan-pasukan. Dan Kami akan menghalau orang yang bersalah ke neraka jahanam dalam keadaan dahaga. Mereka tidak berhak mendapat dan memberi syafaat, kecuali orang yang telah mengikat perjanjian dengan iman dan amal salih di sisi Allah yang melimpah-limpah rahmat-Nya” (Maryam :85-87).


Jujur insafi kematian, reda hadapi kehilangan
Oleh Nik Salida Suhaila Nik Saleh
salidasuhaila99@yahoo.com
Tangisi pemergian insan tersayang secara keterlaluan perlakuan orang jahiliah, haram

HAMPIR sebahagian besar di antara kita pernah merasai kehilangan insan tersayang. Ada yang bersedia, ada tidak menduga, yang pasti tiada siapa gembira kerana pemergian mereka yang dikasihi adalah kepulangan yang hakiki dan tidak akan kembali ke dunia lagi.

Kematian, iaitu berpisah nyawa daripada roh dan jasad adalah satu penghijrahan abadi dari alam dunia ke alam barzakh, iaitu satu penempatan yang dipenuhi dengan roh orang yang sudah meninggal dunia dan sedang menunggu untuk dibangkitkan semula dan berkumpul di Padang Mahsyar.
Di situlah nanti perhitungan akan dilakukan untuk menentukan kehidupan yang kekal, yang tiada akhirnya lagi. Setiap Muslim perlu memahami bahawa kematian adalah sesuatu yang pasti, malah setiap kejadian di muka bumi ini akan musnah apabila tiba masanya. Tidak ada apa yang kekal di dunia melainkan Yang Maha Pencipta kerana Dialah yang berkuasa atas segala-galanya.

Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imraan, ayat 185 yang bermaksud: “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati dan bahawasanya pada Hari Kiamat sajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga, maka sesungguhnya ia sudah berjaya. Dan ingatlah bahawa kehidupan di dunia ini meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang yang terpedaya.”

Tangisan bukanlah luar biasa untuk menzahirkan kesedihan, malah itulah yang sedikit sebanyak meredakan kepiluan tetapi umat Islam tidak boleh meratapi kematian.
Diriwayatkan daripada Anas bahawa apabila Rasulullah SAW melihat Ibrahim, putera kesayangan baginda menghembuskan nafas yang terakhir, air mata Rasulullah mengalir deras. Lalu Abdurrahman bin Auf pun bertanya: “Mengapa engkau menangis wahai Rasulullah?”, Baginda menjawab: “Wahai Ibnu Auf, ia adalah air mata rahmat”. Kemudian Rasulullah SAW menyambung: “Sesungguhnya mata itu dapat menitiskan air, hati dapat bersedih dan kami tidak mengatakan sesuatu kecuali yang diredai oleh Allah. Kami sangat bersedih kerana berpisah denganmu wahai Ibrahim (Muttafaq ‘alaih).”

Sering kali apabila mengetahui mengenai sesuatu kematian, kita akan menziarahi keluarga si mati dan sudah tentulah kita mendoakan agar roh si mati dicucuri rahmat, keluarga dan kaum kerabatnya dilimpahi pahala yang berganda serta digantikan dukacita itu dengan sebaik-baik hiburan. Antara ucapan yang sering diucapkan ialah “mudah-mudahan Allah Taala membalas kepadamu dengan pahala yang berganda-ganda dan diperelokkan dukacita dengan sebaik-baik hiburan serta diampunkan akan si mati daripada keluarga kamu.”

Perlu diingatkan bahawa meratapi dan menangisi kematian secara keterlaluan seperti tidak meredai apa yang ditakdirkan Allah SWT adalah satu perlakuan orang jahiliah dan diharamkan dalam Islam. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: Dari Abdullah r.a katanya: Telah bersabda Nabi SAW: “Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, mengoyak-ngoyak baju dan berteriak-teriak seperti berteriaknya orang jahiliah.” (Riwayat Al-Imam Bukhari).

Tidak sia-sia orang yang turut berkongsi duka dan mengucapkan takziah kepada keluarga si mati kerana Allah SWT turut memberi ganjaran sama seperti orang yang sedang bersedih kerana kehilangan ahli keluarga.
Yang lebih baik, dihadiahkan bacaan ayat Al-Quran dan Yasin serta tahlil kepada si mati semoga Allah mengurniakan rahmat. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Dari Abdullah r.a katanya: Telah bersabda Rasulullah SAW: “Siapa yang mengucapkan takziah kepada orang yang ditimpa musibah, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mendapat musibah.” (Riwayat Al-Imam Ibnu Majah).

Orang yang bersabar menghadapi kematian adalah orang yang sentiasa berada di bawah perlindungan Allah. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah, ayat 156-157 yang bermaksud: “Orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali. Mereka itu ialah orang yang dilimpahi dengan pelbagai kebaikan dari Tuhan mereka serta rahmatNya. Dan mereka itulah orang yang dapat petunjuk hidayahNya.”

Yang masih hidup, kematian sepatutnya menjadi iktibar untuk a sentiasa beringat mengenai kehidupan yang sementara, cuma tiada apa yang dibanggakan dengan kehidupan dunia, sebaliknya ibadah dan takwa juga yang merencanakan kebahagiaan di akhirat sana.

Penulis ialah Pensyarah Kanan, Fakulti Syariah dan Undang-Undang, Universiti Sains Islam Malaysia, kini melanjutkan pengajian di United Kingdom

Selasa, 27 April 2010

ilmu pengetahuan & teknologi

Pada zamannya, antara abad 9 sampai dengan abad ke 13 masehi, umat islam telah mengalami masa kejayaan. Masa dimana ilm u pengetahuan dan teknologi dikuasai oleh orang-orang muslim. Orang islam telah lebih dahulu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dibandingkan bangsa barat. Hal ini mengakibatkan kecemburuan bangsa barat akan tingginya ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh umat islam.

Oleh karena itu, bangsa barat berusaha sekuat tenaga agar sedapat mungkin menguasai ilmu pengetahuan agar tidak tertinggal dengan orang islam. Ada sebuah petuah bahwa “kalau ingin menguasai dunia, maka kuasailah ilmu pengetahuan dan teknologi”. Berbagai cara dilakukan oleh bangsa barat agar memperoleh ilmu pengetahuan dari orang-orantg islam. Salah satunya adalah dengan menterjemahkan ilmu pengetahuan kedalam bahasa mereka.

Hingga suatu waktu karena rasa kecemburuan bangsa barat terhadap orang islam yang telah maju dengan ilmu pengetahuannya, mereka (bangsa barat) menghancurkan perpustakaan orang islam. Berbagai ilmu pengetahuan musnah oleh penghancuran itu. Bangsa barat yang telah mengambil ilmu pengetahuan dari umat islam kini beralih menguasai dunia.

Keadaan umat islam semakin terpuruk setelah adanya revolusi industri. Masyarakat islam mulai tergantung pada barang produk jadi bangsa barat. Hal ini mengakibatkan ketergantungan secara ekonomi pada bangsa barat. Orang islam yang tergantung secara ekonomi pada bangsa eropa lambat laun menjadi ketergantungan dalam pemerintahan. Bangsa eropa kemudian memanfaatkan ketergantungan ini dengan menjalankan kolonialisme yang mengakibatkan keterpurukan ekonomi. Keterpurukan ekonomi ini akibat dari stabilitas politik yang menurun akibat kolonialisme bangsa barat.

Psikologi pendidikan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu pengetahuan psikologi yaitu ilmu yang mempelajari dan mengamati obyek dalam bidang pendidikan dalam berinteraksi atau dengan lingkungannya dalam memberikan pembelajaran.

Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna.